Konflik Penamaan Bandara Jangan Sampai Berlarut

LOMBOK TENGAH - Polemik soal penamaan Bandara di Lombok kembali mencuat setelah adanya surat Gubernur NTB Dr. Zulkieflimansyah terkait untuk melaksanakan Surat Keputusan Menteri Perhubungan RI tentang perubahan nama bandara Lombok, yang beredar di media sosial tertanggal 05 Nopember 2019.

Entah siapa yang kemudian meniupkan hawa panas ke permukaan, mulailah timbul riak-riak di permukaan gelombang yang tenang.

Menggagas untuk mengganti nama Bandara Internasional Lombok menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid, ide itu bisa dimaklumi dan diamini mengacu pada nama besar pahlawan nasional itu. Apalagi merujuk pada berbagai bandara di Indonesia yang menabalkan nama pahlawan atau nama legendaris lainnya menjadi nama baru bandara. Usulan merobah nama Bandara Internasional Lombok menjadi Zainuddin Abdul Majid sah-sah saja, dengan catatan jika usulan tersebut disetujui berbagai pihak sesuai peraturan yang ada.

Tetapi, itulah soalnya. Ide atau usulan pergantian nama itu  ternyata tidak segampang melontarkan ide dan membuat proposal. Banyak yang setuju tetapi banyak pula yang menolak. Bahkan yang menolak tampaknya cukup militan dengan prinsipnya.

Di zaman teknologi informasi dengan keberadaan media sosial seperti fesbuk, semuanya serba mudah terpampang ke ranah privasi. Begitu juga soal pergantian nama BIL telah memicu polemik cukup sengit di medsos dengan mengedepankan argumen masing-masing.

Di sana berseliweran pula isu tak sedap bahwa ide pergantian nama itu sarat aroma politik dan interes kelompok. Untuk kepentingan apa dan kekompok mana tak begitu jelas diketahui. Yang jelas belakangan muncul surat dari Kementerian Perhubungan RI yang secara eksplisit sudah mengesahkan pergantian nama Bandara Internasional Lombok menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid.

“Saya kira tidak ada hubungan apalagi kepentingan perseorangan atas pemberian nama bandara dengan nama pahlawan nasional itu,” ujar Kadri, Sabtu (16/11/2019).


Jauh daripada itu semua, kata Dr. Kadri yang merupakan seorang dosen tersebut, perlu ada sebuah kebanggaan di balik penamaan sebuah jalan, tempat, atau gedung, dan fasilitas umumnseperti bandara.

Ia mengungkapkan, bandara internasional Lombok akan terdengar lebih elegan jika disematkan nama Pahlawan Nasional seperti yang terjadi di daerah lain. "Dan ini menjadi kebanggaan bagi kita warga NTB, karena satu satunya pahlawan yang kita miliki diabadikan sebagai nama bandara", tandasnya.

Pengamat komunikasi politik dari UIN Mataram ini berharap polemik penamaan bandara ini tidak berbuntut panjang, karena hal tersebut juga bisa merugikan maayarakat, terutama para penggiat pariwisata.

"Saya berharap polemik ini tidak berkepanjangan, toh nanti kan yang rugi masyarakat kita juga", tegasnya.

0 Comments

Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.