Lintas NTB, Sumbawa Barat - PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) melakukan berbagai inisiatif berkelanjutan dalam Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Inisiatif ini mencakup pengembangan kapasitas masyarakat, agar dapat memaksimalkan kesejahteraan dan potensi sumber daya manusia dan wilayah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Aji Suryanto, Sr. Manager Social Impact AMMAN menjelaskan bahwa, visi PPM AMMAN adalah menciptakan komunitas yang memiliki ekosistem sosial budaya dinamis yang menghasilkan peluang luas bagi semua untuk berkembang di mana AMMAN beroperasi. PPM AMMAN dijalankan melalui tiga pilar, yakni Human Capital Development (Pengembangan Sumber Daya Manusia), Economic Empowerment (Pemberdayaan Ekonomi), dan Sustainable Tourism (Pariwisata Berkelanjutan).
Economic Empowerment fokus pada program untuk peningkatan kapasitas pelaku usaha mikro dan kecil dengan tujuan pengusaha muda di KSB memiliki kemampuan berbisnis yang mumpuni, serta memiliki kesadaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui diversifikasi produk, pengembangan berbagai sektor usaha/industri dan kemandirian dalam komunitas.
Program Pengelolaan Sampah di Sekolah (PPSS) adalah upaya AMMAN untuk berkontribusi dalam mengurangi jumlah sampah menuju TPA, pengurangan emisi, efisiensi biaya operasional pengangkutan sampah dan pengelolaan TPA, sehingga dapat menurunkan rotasi pengangkutan sampah dan memperpanjang umur pakai TPA.
Tujuan terpenting adalah edukasi semenjak dini untuk perubahan mindset dan perilaku, agar siswa dan orang tua terbiasa memilah sampah dan menjaga lingkungan, sambil memberikan peluang ekonomi untuk mendukung pemberdayaan sekolah melalui pengelolaan sampah secara mandiri.
Terdapat 6 sekolah yang didampingi untuk implementasi PPSS, yaitu SMPN 1 Maluk, SMPN 6 Taliwang, SMPN 3 Taliwang, SDN 2 Taliwang, SDN Bukit Damai Maluk dan SMPIT Imam Syafi'i Taliwang.
Ia juga mengatakan, ruang lingkup program PPSS adalah, pembangunan rumah kompos di sekolah. Pelatihan dan pendampingan dalam hal pemilahan sampah, pengumpulan sampah, pengelolaan sampah, pengolahan sampah organik, pembuatan pupuk kompos, dll.Pemasaran produk dan pengelolaan keuangan untuk menciptakan sirkular ekonomi menuju pengelolaan sampah mandiri.
Kemandirian sekolah dalam melakukan PPSS dan pemberdayaan sekolah, sekolah mampu mengelola rumah kompos, menjual produk dan menggunakan hasilnya untuk biaya operasional dan pemeliharaan rumah kompos, serta kegiatan sekolah, seperti pengadaan peralatan, membangun kebun sekolah untuk makan bersama, karya ilmiah.
Selama pelatihan dan pendampingan di tahun 2023-2024, PPSS telah meraih berbagai dampak positif yaitu dengan pelaksanaan pengolahan sampah di sekolah, peningkatan pengetahuan dan kapasitas siswa, guru dan masyarakat.
Terlaksananya kegiatan operasional Rumah Kompos, peningkatan partisipasi siswa, PPSS menjadi ekstrakurikuler, menambah pendapatan sekolah dari penjualan produk (pupuk kompos dan sampah daur ulang), kemandirian dalam pengelolaan dan pembiayaan rumah kompos.
Terlaksananya kegiatan transfer sampah organik dari rumah ke rumah kompos di sekolah, sekolah berkontribusi dalam efisiensi dan penghematan pengelolaan sampah di KSB melalui penghematan biaya pengumpulan dan pengangkutan sampah dan penghematan biaya pengelolaan sampah di TPA.
Saat pertemuan di SMP 6 Taliwang, Ir. H. Bambang Supriadi sebagai mitra AMMAN dalam pelaksanaan program dari Komunitas Hijau Biru menjelaskan bahwa, penanganan pengelolaan sampah harus dimulai dari hulu sampai hilir. Hal itu untuk memberikan kesadaran dan membentuk mindset mulai dari Kepala sekolah, guru, murid dan orang tua murid.
Ia berharap mindset untuk hidup bersih dan sehat harus dimulai dari anak-anak. Selaku pihak ketiga, dia mengatakan, pelatihan dan pendampingan di SMP Negeri 6 Taliwang sudah dimulai sejak 2022 di dua Sekolah. Program pengelolaan sampah di sekolah (PPSS) merupakan program inovasi untuk memberikan solusi permasalahan persampahan. Sehingga dengan adanya rumah kompos di reduksi semua sampah organik di rumah kompos yang ada di SMP Negeri 6 Taliwang.
Sebelumnya, pengelola sampah di sekolah SMPN 6 Taliwang dilakukan assessment kepada semua unsur yang ada di sekolah. Setelah dianggap sesuai maka siswa-siswi diajarin melakukan upaya pemilah sampah dengan membawa bahan baku tersebut ke rumah kompos dan di cacah, sampah sisa plastik di bawa ke pengepul sampah. "Sekolah yang mengambil passion untuk pengelolaan sampah sangat sedikit. Ketika sekolah memutuskan itu, maka sekolah menjadi berkembang dengan menciptakan produk bernilai ekonomis dengan melakukan pengelolaan sampah," jelasnya.
Selain itu, SMPN 6 Taliwang mendapatkan perhargaan sebagai sekolah Adiwiyata dari Kabupaten dan Provinsi, setelah tekun mengelola masalah persampahan. Nilai plusnya, tenaga pendidik dan guru bisa ikut seleksi sebagai guru yang inovatif dengan pembinaan kepada siswa-siswi.
Ditempat yang sama, Taofiq Rahma, S. Pd.i mengucapkan terima kasih kepada pemerintah, AMMAN, komunitas Hijau Biru dan stakeholder lain yang sudah membantu mengembangkan sekolah SMPN 6 Taliwang. Di kesempatan itu, dirinya menyatakan sangat peduli dengan lingkungan yang bersih dan asri. Dia juga menceritakan pengalaman pengelolaan sampah kepada peserta yang hadir. Dirinya terus mengedukasi pola hidup bersih dan pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
"Kami di SMP Negeri 6 Taliwang merasakan besar dan luar biasa manfaat dari pengelolaan sampah. Sampai-sampai bisa menghasilkan pendapatan untuk sekolah," ungkapnya.
Ia berharap, SMP Negeri 6 Taliwang bisa melakukan pengelola sampah secara mandiri. Dia menghitung selama tahun 2024 sekolahnya sudah menjual 8,6 ton sampah organik yang siap pakai dalam bentuk pupuk dengan nilai yang fantastis. Pengelola sampah ini melibatkan semua pihak mulai dari Kepala sekolah, guru, siswa, tim pengelola sampah. Dia juga membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mengembangkan usaha pengelolaan sampah.
Mujiburahman, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMPN 3 Taliwang dan mantan Kepala Sekolah SMPN 6 Taliwang selaku inisiator yang mengawal program pengelolaan sampah. Menurutnya, saat awal pengembangan dimulai dari guru dan siswa-siswi serta perangkat yang ada, sehingga potensi dan lingkungan yang mendukung untuk mengembangkan passion mengelola sampah yang berkelanjutan. Ditambah kekompakan dari guru, siswa yang membuat dirinya berinovasi menjadikan SMPN 6 Taliwang sebagai sekolah hijau.
Keseriusan melakukan pengelolaan sampah organik membuat sekolah SMP 6 Taliwang ditunjuk menjadi sekolah Adiwiyata Kabupaten pada 2018 dan 2019 mendapatkan penghargaan dari Provinsi. Ia berharap, semoga ada tenaga ahli (TA) yang bisa mendampingi sekolah-sekolah dalam mengelola sampah baik organik dan anorganik.
"Kompos yang dihasilkan SMPN 6 Taliwang berstandar SNI. Hal itu sudah dilakukan uji coba. Pupuk kompos organik milik SMPN 6 Taliwang sudah dikirim ke AMMAN dan Kabupaten/Kota lain di NTB," ungkapnya.
Setelah itu, rombongan dari AMMAN, komunitas Hijau Biru, guru SDN Telaga Bertong dan sekolah lain melakukan peninjauan ke lokasi rumah kompos milik SMPN 6 Taliwang. Di kesempatan itu, Hendra salah satu siswa kelas 81 dan siswa lain selaku kader rumah kompos menjelaskan tata cara membuat pupuk kompos organik. Ia menyampaikan bahwa, bahan baku pembuatan kompos diambil dari lingkungan sekolah dan masyarakat. "Kami memiliki rumah kompos SMP Negeri 6 Taliwang unit pengelola sampah dan produksi pupuk organik," ujarnya.
Di tempat terpisah, Supriadi Ardianta, S. Pd kepala sekolah SDN Imam Syafi'i memaparkan bahwa, dalam pengelolaan sampah sekolah Imam Syafi'i berbeda dengan sekolah lain, disini pengelola sampah terintegrasi mulai dari sekolah, rumah warga, kantin, guru dan siswa-siswi. "Semoga pertemuan ini banyak manfaat. Karena sangat dirasakan banyak manfaat yang dirasa oleh pengelola dan penghuni kompleks Imam Syafi'i," imbuhnya.
Rumah kompos ini merupakan bantuan dari AMMAN. Pupuk kompos yang dihasilkan merupakan bagian dari sistem pemilahan sampah, sampah plastik dijual ke pengepul dan pupuk organik menjadi kompos, sehingga menghasilkan uang dengan menjual ke beberapa sasaran.
Kepala Lingkungan Kompleks Imam Syafi'i Jaharuddin mengucapkan terima kasih atas bantuan dari AMMAN kepada sekolah ini. Ia menjelaskan, dengan adanya rumah kompos ini, dirinya dan para siswa melakukan pemilahan sampah, hal ini sangat membantu kami, sehingga sampah organik bisa kami jadikan pupuk kompos untuk dijual.
Azan Nurwahin dan temannya menjelaskan, pemilahan sampah ini sangat menarik, selain kami mendapatkan ilmu baru, kegiatan ini banyak mengajari kami tentang pentingnya menjaga lingkungan. Dia juga menceritakan pengelolaan sampah dengan memilah sampah organik dan anorganik ini membutuhkan ketekunan dan kesabaran.
"Semenjak Juli tahun 2024, rumah kompos Imam Syafi'i memproduksi dan menjual sebanyak 400 Kg pupuk kompos," ungkapnya.
Kepala sekolah SMP Imam Syafi'i Ustadz Didin Wahyudin menjelaskan bahwa, nilai produksi Posta dan sampah daur ulang di sekolah Imam Syafi'i. Posta sebanyak Rp 3.600.000, sampah daur ulang Rp 689.150, sehingga totalnya Rp 4.298.150,-. (LNG05)
0 Comments
Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.