Peredaran Narkoba Di Tiga Wilayah Diakui Luar Biasa

Kepala Badan narkotika Nasiona Kabupaten (BNNK) Bima, AKBP H. Ahmad SH.
KAB.BIMA,LINTASNTB. Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu-diakui sebagai tiga wilayah yang peredaran Narkobanya sangat luar biasa. Pernyataan tersebut, diungkap oleh Kepala Badan narkotika Nasiona Kabupaten (BNNK) Bima, AKBP H. Ahmad SH.

“Peredaran Narkoba jenis sabu di tiga daerah ini, memang sudah luar biasa. Ini akibat pengaruh dari pada perdagangan bebas, dimana lintas antar negara ini hampir tidak ada batasnya. Diantaranya China, Tiongkok, Singapore, philipina, India, Pakista dan Taiwan, Hasil tanaman obat di sana, itu dibawa dan kemudian dijual ke Indonesia ,” jelasnya, Jum’at (28/7/2016).

Sementara perbtasan laut dengan Indonesia, diakuinya agak susah dijangkau oleh Pemerintah Indonesia. Oleh karenanya, Pemerintah kewalahan atau kaget dengan masuknya Narkoba yang begitu banyak dan sering masuk ke Indonesia.

“Sehingga, Pemerintah Indonesia belum punya upaya, kecuali sekedar ngomong saja. Dan Indonesia, juga belum punya manusia yang mengawasi jalur masuknya Narkoba melalui laut, kendati kita mempunya TNI-AL yang masih terbatas. Dan di Bandara, tidak semua ada Bea Cukainya. Kecuali, di Bandara itu hanya ada orang-orang tertentu. Di Bandara kita juga, disinyalir Narkoba bisa masuk melalui jalur udara,” terangnya.

Paket-paket Narkoba tersebut, tidak melewati pos pemeriksaan. Tetapi, paket tersebut disinyalir melalui oknum tertentu. “Dampaknya, juga merambah kita ke Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu. Sampai saat ini, peredaran Narkoba di tiga daerah ini masih ada,” ulasnya.

Berdasarkan informasi yang diterimanya melalui mantan-mantan pengguna maupun bandar Narkoba menyebutkan, ada oknum-oknum dari aparat BNN dan lainnya yang diduga ikut bermain didalamnya.

“Akibatnya, pemberantasan Narkoba secara tuntas menjadi agak susah. Oleh karenanya, kedepan kita harapkan agar Polisi, TNI dan aparatur sipil lainnya mau membersihkan diri. Minimal mereka harus mau dites urine. Jika mereka terlibat Narkoba, kami harapkan kepada masing-masing Pimpinannya untuk memberikan tindakan tegas. Kalau yang di TNI dan Polri, jika menemukan adanya oknum yang menggunakan Narkoba harus dipecat,” imbuhnya.

Sementara hingga saat ini, diakuinya belum ada tindakan tegas yang dilakukan oleh pihak Tni maupunj Polri terhadap oknum anggota yang terlibat dalam kasus Narkoba. “Kalau di Polri, di Bima baru satu orang oknum anggotanya yang dipecat karena Narkoba. Itu berlaku di Polres Bima Kabupaten, kalau di Polres Bima Kota ya belum ada. Oleh sebab itu, kedepan harus ada tindakan tegas terhadap anggota-anggota kita atau aparat hukum yang ada di lapangan jika ditemukan terlibat dalam kasus Narkoba,” imbuhnya.

Soal Narkoba dari pantauan pihaknya yang dibarengi dengan kegiatan turun ke masyarakat menyebutkan, masalah Tramadol justeru yang sangat parah peredaranya. Itu terkuak melalui kegiatanh sosialisasi yang dilakukan oleh pihaknya kepada 10 Sekolah di Kecamatan Woha beberapa hari lalu.

“Taramdol kadang dijual di sekolah. Di Kantin sekolah ditemukan bekas bungkusan dan kulit kapsul tramadol. Ketika ditanya siapa yang memiliki barang itu, satupun tak ada yang mau mengaku,” tandasnya.

Perilaku pelajar dan mahasiswa ketika ditanya soal tramadol tersebut, diakuinya kebanyakan berpura-pura bodoh bahkan tidak tahu. Namun kadang-kadang guru menemukan bekas bungkusan tramadol di kantin sekolah dan lainnya. “Soal tramadol, memang di bima sudah lama masuk pada level darurat,” ujarnya.

Kembali kepada soal narkoba jenis sabu maupun ganja, diakuinya dari pengakuan bandar yang ada, permintaan konsumsi terbanyak adalah di Bima. “Usai sosialisasi soal bahaya Narkoba maupun tramadol di sejumlah sekolah di Woha itu, kami kemudian bergeser ke Sondosia-bolo. Di sana ada seitar 27 orang anak sebangai mantan pengguna Narkoba dan tramadol. Dari puluhan anak tersebut, menamakan dirinya Alumnus Tramadol dan Sabu-Sabu. Kami melihat mereka saat dilakukan pembinaan mental, badanya kurus-kurus. Sementara komunikasi mereka, kadang nyambung dan kadang juga tidak,” paparnya.

Bagi pengguna yang mengkonsumsi Narkoba, diakuinya tidak bisa sembuh seutuhnya, kecuali hanya bisa pulih. “Tampaknya, hal itu lebih diakibatkan oleh kurang kita bersosialisasi, pengetahuan mereka tentang Narkoba tidak ada, dan aparat baik BNN mapun Polri yang sangat kurang turun ke masyarakat. Berguru dari hal itu, akhirnya kami sudah jadwalkan untuk turun setiap hari ke masyarakat guna bersosialisasi,” katanya.   

Saat ini, pihaknya bukan saja melakukan sosialisasi soal Narkoba-tetapi juga melakukan pencegahan  agar penduduk Indonesia menurut penelitian dari BNN sudah 5,1 juta jiwa yang sudah kecanduan Narkoba dapat teratasi.

“Diharapkan dengan jumlah yang ada, tidak bertambah lagi. Karena, Pemerintah kewalahan mengurus masyarakat yang diakibatkan oleh Narkoba tersebut. Di Lembaga Pemasyarakatan (LP), isinya adalah orang-orang Narkoba. Sedang di NTB, pada April 2017 tercatat Rp5,4 M Utang LP di Mataram yang belum dibayar kepada pihak ketiga,” paparnya.

Hal itu meliputi utang listerik, biaya makanan dan lain-lainnya. Itu semua disebabkan oleh, LP mengalami over capacity akibat jumlah Napi yang semakin meningkat dan diperrah oleh bertambahnya Napi soal Narkoba. “Itu utang untuk di NTB saja, belum terhitung di tempat lainnya,” ungkapnya lagi.

Kesulitan yang dihadapi bagi pemberantasan Narkoba di Bima, berdasarkan informasi penting yang diteriamnya menyebutkan, diduga lebih kepada adanya oknum tertentu yang melibatkan diri. “Karena BNNK ini belum memiliki penyidik sekaligus melakukan penangkapan kecuali di BNNK Provinsi NTB, maka diharapkan kepada masyarakat dan Kepolisian yang punya kewenangan untuk itu, harus berperan aktif,” harapnya.  

Menjawab pertanyaan perlukah  pihak TNI dlibatkan atas dasar adanya pemikiran tentang kesulitas BNN maupun aparat Kepolisian untuk memberantas Narkoba tersebut, Ahmad menegaskan bahwa itu akan tergantung kepada adanya kemauan politik.

“Kepala BNN justeru berharap agar TNI, BNN dan Polri beraviliasi dalam pemberantasan Narkoba. Sebab, dsinyalir ada juga teroris yang diakibatkan oleh Narkoba. Untuk 27 orang anak-anak yang di Sondosia itu, dikhawatirkan akan didekati oleh Teroris, diajak ke Majis dan kemudian otaknya dicui-maka dia akan menjadi radikal. Ekonomi dan pemikiran mereka sudah hancur, ada yang biasa membiayai mereka jelas akan mudah masuk,” imbuhnya. (Rzl/Vr)

0 Comments

Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.