Beasiswa NTB Jadi Pondasi Barisan Perubahan


Nama: Umar Mubdi

Negara: Polandia
Univ dan jurusan: Collegium Civitas, International Peace and Conflict Studies
Asal daerah: Praya Lombok Tengah

MATARAM - Sebagai Awardee Beasiswa NTB Batch I tujuan Polandia, saya menilai kehadiran program Beasiswa NTB yang digagas oleh Bapak Gubernur Zulkieflimansyah dapat dibaca sebagai pengingat dan kritik bagi zaman: untuk mengambil inisiatif dan peran yang strategis dalam menentukan kompas kebangsaan. Salah satu bentuknya adalah dengan terlibat aktif dalam ruang-ruang pedagogis, ruang-ruang pendidikan, dan ilmu pengetahuan.

Sejarah dan wacana kebangsaan semacam itu kini seakan mengabur dan perlu ditelaah ulang tatkala tidak banyak pemuda dan aktor sosial di daerah, atau pemimpin politik, yang mau bertungkus lumus berkecimpung dalam dunia ide, pemikiran, dan pendidikan.

Betapa tokoh seperti Kartini – meski kini disebut “Ibu kita” – meninggal pada usia 24 tahun. Bayangkan betapa mudanya ketika ia berangkat dari ide-ide besar. Atau Bung Karno sendiri yang menjadi tonggak sejarah di usianya yang masih belia. Juga Bung Hatta, belum 30 tahun ketika ia jadi tokoh perjuangan merintis kemerdekaan. Semua pencapaian dan kematangan itu dititi melalui tangga-tangga ilmu pengetahuan dan kepedulian terhadap problematika bangsa. Saya merasa Beasiswa NTB adalah eskalator bagi pemuda dan aktor sosial di NTB.

Kuliah di luar negeri memiliki tantangannya tersendiri, terutama di Polandia sebagai negara maju dan bagian dari Uni Eropa yang artinya kualitas pendidikannya berada satu level dengan negara eropa lainnya. Oleh sebab itu, proses penjaringan awardee oleh tim beasiswa mau tidak mau harus berdasar pada sistem merit dan ukuran-ukuran universal-kompetensi bukan ukuran-ukuran persolan.

Saya menjalani proses seleksi mulai dari seleksi administrasi, wawancara, pemberkasan, bahkan interview langsung dengan pihak kampus Collegium Civitas untuk memastikan kemampuan saya untuk menghadapi tantangan tersebut. Bukan sebatas pada bidang akademik, tetapi tim beasiswa memahami benar ada hal lainnya yang terpenting, yakni komitmen, karakter, dan kepedulian terhadap masyarakat dan daerah.

Ada begitu banyak pengalaman berharga dalam banyak hal selama menempuh studi di Collegium Civitas, Polandia. Terutama yang paling bermakna adalah sikap mereka terhadap proses belajar mengajar.

Pertama, inklusivitas antara dosen dan mahasisawa sangat terasa. Hal itu tercermin dari upaya mereka untuk meminimalisir jarak dan bahkan hirarki antara pengajar dan pelajar. Paralel juga dengan itu adalah mahasiswa dapat dengan lega menyampaikan pikirannya dan tak segan berdebat dengan dosen dalam bingkai akademis namun tetap menghormati bila ada perbedaan. Tak ada yang mutlak dan di situlah letak dialektika yang akan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Kedua, proses studi mekankan sistem experience based learinig. Artinya, ruang kelas adalah tempat untuk menguji pendampat, argumen, refleksi praktis, dan bukan merupakan lokasi pengajaran satu arah. Konsekuensinya, mahasiswa menjadi lebih mandiri dan kreatif sementara dosen optimal menjadi fasilitator.

Ketiga, kualitas pengajar di Collegium Civitas mengagumkan. Dalam pengertian, mereka adalah ekspert di bidangnya, kaya akan pengalaman praktis, tetapi benar-benar mencurahkan waktunya untuk mendidik mahasiswa. Silahkan cari nama-nama ini dan mereka adalah tokoh dan penting di Eropa dan ekspert Internasional: Rafał Trzakowski, Krystof Hagemayer, Kerry Longhurst, dan lainnya.

Saya percaya bahwa kualitas pendidikan semacam itu akan memberikan output secara intelektual-akademik tetapi pada saat yang sama juga mengajarkan cara berfikir kreatif dalam mengatasi suatu persoalan. NTB butuh kualitas semacam itu untuk mengekskalasi pembangunan, kualitas sosial-kesejahteraan, dan problematika global yang kian berkembang. Beasiswa NTB telah memulai pondasi penting untuk menyiapkan pemuda dan aktor sosial di NTB sebagai barisan perubahan itu.

0 Comments

Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.