Membangun Cara Atau Citra: Studi Lanjut Anak NTB Ke Luar Negeri?

Kepala MAN 3 Mataram dan Dosen UNW Mataram, DR. Lalu Sirajul Hadi
Oleh :
DR. Lalu Sirajul Hadi
Kepala MAN 3 Mataram dan Dosen UNW Mataram


MATARAM - Kemampuan membangun jaringan (networking) bagi Gubernur NTB, Dr. H. Zulkiflimansyah, baginya adalah sebuah modal penting. Dalam jejak karirnya, bakat dan potensi itu, dimiliki sejak lama, baik dalam aktivitas bisnis maupun aktivitas politik yang digelutinya selama ini. 

Pasca terpilihnya sebagai gubernur NTB pada tahun 2018 lalu, dengan mengusung visi NTB gemilang,  bakat kemampuan jaringan itu  dituangkan dan disimulasikan dalam beberapa kebijakan strategis, salah satunya adalah pada bidang pendidikan. Hasilnya, membanggakan. 

Indeks pendidikan di NTB memang belum terlalu menggembirakan posisinya selama ini, pergerakannya relatif lamban. Sebagai salah satu variabel yang mentukan IPM Provinsi NTB,  selain variabel umur panjang dan hidup sehat ( a long and healthy life), standar hidup layak (decent standard of living), variebel pengetahuan (knowlwdge) juga menjadi indikator penting yang harus serius ditelisik. 

Dengan IPM yang hanya menempati urut 29 dari seluruh provinsi se Indonesia, maka tantangan pendidikan pembangunan di NTB pada hakikatnya cukup komplek. Hal ini meniscayakan adanya strategi dan langkah yang jitu, dalam sebuah grand desain yang terukur. Termasuk dalam mendongkrak indeks pendidikan, untuk menjadi tumbuh lebih baik, dari waktu ke waktu. 

Indeks pengetahuan (pendidikan), dengan indikator harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, adalah soal kebijakan yang memerlukan koreksi kebijakan yang serius dan sungguh -sungguh. Data statistik menunjukan, bahwa rata-rata lama sekolah masyarakat NTB di atas usia 15 tahun, masih berada di bawah rata-rata nasional. 

Rata-rata lama sekolah  bagi masyarakat NTB,  jika dilihat trendnya, juga masih menjadi problem. Jika dirata-rata, tingkat pendidikan masyarakat NTB, ditemukan data bahwa rata-rata lama sekolahnya yakni tingkat SMP/MTs kelas tujuh atau kelas satu. Dengan pernyataan lain, porsentase tamat SMA dan Perguruan Tinggi masih kecil. 

Pendidikan Ke Luar Negeri

Gebrakan gubernur NTB dalam memfasilitasi beasiswa pendidikan anak NTB ke luar negeri, secara filosofis dan orientasi, cukup membanggakan dan menjanjikan. 

Namun ada soal lain,  apakah yang dilakukan oleh Gubernur saat ini, sudah menjadi kebijakan formal pemerintah daerah, atau masih sebatas menjadi perjuangan personalnya,  dengan loby dan jaringan aktif yang dimilikinya secara personal selama ini. Hal ini juga menjadi perlu dikonfirmasi, mengingat adanya beberapa pertanyaan dari berbagai pihak, tentang konsep dan kebijakan beasiswa anak anak NTB yang digagas gubernur. Jangan sampai program yang memiliki tujuan baik, tapi masih menyisakan residu, terjadi miskomunikasi, misal antara gubernur dan legislatif.

Dalam konsep manajemen dan pengelolaan pendidikan, kebijakan pembangunan pendidikan pada hakikatnya adalah satu kesatuan yang harus dilakukan aecara terintegrasi dan berkesinambungan (kontinyu). Semua unsur dalam pendidikan, kedudukannya penting dan saling berkaitan. 

Solusi terhadap masalah itu dapat dilakukan, mana kala dilakukan studi empirik  komprehensif, mengidentifikasi tentang apa sesungguhnya masalah dan kebutuhan esensial, dalam pembangunan sektor pendidikan di NTB. Atas dasar itulah, kebijakan prioritas prioritas bisa dibuat dan dilakukan. Namun, jika merujuk pada indikator indeks Pendidikan terhadap IPM NTB, maka prioritas masih pada kuantitas dan keterlayanan pendidikan, tentu di dalamnya juga adalah tentang motivasi dan kesadaran publik tentang pendidikan. Artinya, kebijakan pembangunan pendidikan tidak boleh jauh dari fakta dan kondisi obyektif itu. 

Ide cerdas sang Gubernur NTB,  adalah ia mencoba mencari dan menemukan sisi lain, yakni dengan membuka peluang dan jaringan tentang pentingnya mutu SDM anak anak NTB. maka ekspansi pendidikan ke beberapa negara di luar negeri, dianggapnya sebagai cara atau strategi penyeimbang yang harus dilakukan.

Sebagai pemimpin daerah yang memiliki kapasitas dan kecakapan akademis intlektual yang matang, baginya tidak ada yang boleh luput (zong), dari sentuhan ide, pembaharuan dan inovasi serta gagasan gagasan cerdas lainya. 

Ada semacam pesan dalam langkah ini, bahwa indeks pendidikan NTB secara kuantitatif  memang masih rendah,  tetapi kualitas SDM anak anak NTB, juga perlu dipersiapkan dan harus dilecut serius, salah satunya dengan memberikan akses, memfasilitasinya untuk melanjutkan studi ke luar negeri.

Menurut beberapa informasi dan sumber media, langkah jaringan untuk memfasilitasi anak anak NTB, studi lanjut ke luar negeri, yang sudah dan akan siap dibuka, antara lain dengan negara Polandia, China, Malaysia, Jerman, Prancis dan beberapa negara sasaran lainnya. Menariknya, itu sudah dicanangkan untuk ratusan anak-anak NTB,  bahkan ke depan diwacanakan akan menembus angka ribuan orang. 

Pada konteks ini, jika variabel indeks pendidikan pada tiap daerah di masa depan, mungkin tidak hanya dilihat lagi, hanya dari lama usia sekolah dan harapan sekolah, tetapi bisa juga di potret dari variable mediator kontributor lainnya, seperti seberapa banyak anak anak di suatu daerah (provinsi) berhasil menembus perguruan tinggi luar negeri dalam studi lanjutnya. 

Jika ada pengembangan indikator semacam itu, maka NTB bisa menjadi salah satu provinsi yang memiliki nama dan citra positif, karena memiliki akselerasi beberapa langkah lebih maju, dari daerah lain. 

Spirit dan semangat lain yang dapat publik baca, dari langkah studi anak anak NTB ke luar negeri, adalah akan adanya icon kualitas dan mutu, tentang anak-anak NTB yang memiliki keahlian dan keterampilan berstandar internasional, berkelas tinggi, yang kemudian bisa diharapkan memberikan kontribusi, tidak saja bagi NTB tetapi juga bagi bangsa Indonesia. 

Dengan demikian, ini adalah sebuah cara (metode), bagi proses penyiapan dab investasi SDM jangka panjang, yang dipastikan memiliki nilai manfaat tinggi.

Wallahu'alam.

0 Comments

Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.