Sempat Resahkan Warga NTB, Prof. Ron A. Harris Minta Maaf

MATARAM - Seorang peneliti bernama Prof. Ron A. Harris beberapa waktu yang lalu memprediksi gempa yang akan melanda selatan Lombok meminta maaf atas pernyataannya yang telah membuat masyarakat NTB ketakutan akibat pernyataannya. Permintaan maafnya itu disampaikan melalui surat edaran terbuka yang telah disebarkan.

"Saya meminta maaf atas rasa takut yang disebabkan presentasi saya tekait dengan hasil penelitian kami. Berdasarkan penemuan kami di lapangan, Palung Jawa sampai saat ini belum melepaskan energi yang sudah terkumpul selama 500 tahun. Sedikitnya gempa bumi besar selama kurun waktu tersebut menandakan bahwa ada kemungkinan munculnya gempa besar dengan magnitude 8 dan mungkin 9," ungkapnya.

Dalam suratnya, ia mengatakan bahwa tidak mungkin ada yang tahu kapan gempa itu terjadi.

"Kami hanya ingin memberi tahu potensi gempa bumi;di Palung Jawa dan perlu digarisbawahi bahwa palung ini memanjang dari Sumatra di barat sampai Sumba di timur, jadi belum tentu episenter gempa yang dimaksudkan akan terjadi di Lombok. Kami hanya bisa memperkirakan dimana (yakni Palung Jawa sebagai sumber gempa yang potensial) dan seberapa besar magnitude gempanya berdasarkan catatan sejarah dan rekaman geologi yang pernah terjadi sebelumnya," terang Haris.

Ia berharap masyarakat Lombok lebih fokus pada kesiapsiagaan dibandingkan dengan isu gempa yang belum tentu benar.

Ia memberikan beberapa saran dalam suratnya sebagai pengetahuan bagi masyarakat NTB antara lain;

1. Hentikan pembangunan bangunan dengan material yang tidak bagus! Gunakanlah kayu. Tidak satu pun atau sedikit bangunan yang berbahan dasar kayu rusak karena gempa-gempa tahun 2018 di Lombok. Amankan barang-barang yang kemungkinan dapat menimpa anda ketika terjadi gempa.

2. Bagi yang tinggal dekat dengan pantai, terapkan prinsip 20-20-20. Ketika merasakan gempa selama lebih dari 20 detik, meskipun tidak besar gempanya, Anda hanus mengevakuasi diri setelah gempa berhenti. Kemungkinan besar tsunami akan tiba dalam waktu 20 menit setelah gempa dan kemungkinan ketinggian tsunami akan mencapai 20 meter, jadi harus mengevakuasi diri ke tempat yang tinggi atau gedung tinggi yang minimal ketinggiannya 20 meter. Kalau masyarakat Aceh pada tahun 2004 memahami prinsip 20-20-20, mungkin ribuan nyawa dapat terselamatkan. Masih banyak tantangan bagi pemerintah untuk memberikan peringatan dalam waktu cepat.

Oleh karena itu masyarakat harus dilatih cara untuk mengenali tanda-tanda alam agar bisa menentukan kapan untuk evakuasi mandiri. Saya harap Anda dapat menjadi bagian dari solusi untuk pencegahan bencana. Ini adalah tanggung-jawab semua bersama. Potensi gempa bumi dan tsunami dari Palung Jawa tidak lah baru.

"Saya meminta maaf sekali lagi kalau pemaparan saya mengejutkan banyak pihak, tetapi lebih baik masyarakat tahu sehingga bisa mempersiapkan diri. Saya juga ingin berterimakasih kepada semua pihak yang membantu meluruskan pemberitaan di media. Marilah kita tumbuhkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan mengurangi rasa takut dan membuat kita semakin Tangguh," tutupnya. (Cand)

0 Comments

Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.