Direktur Sejarah, Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dra. Triana Wulandari, M.Si |
Direktur Sejarah, Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dra. Triana Wulandari, M.Si yang hadir dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa, santri dan pesantren adalah salah satu elemen yang mengantarkan Indonesia meraih kemerdekaan.
"Peran dan perjuangan para santri dan kiyai dalam kemerdekaan dimulai saat resolusi jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy'ari dimana KH. Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa resolusi jihat fardu ain sejauh 94 km," ungkap Triana.
Ia menerangkan, semakin kedepan ini, banyak sekali faham-faham yang mengikis jiwa kebangsaan dan persatuan yang telah lama dibangun melalui pesantren.
Triana menegaskan nilai kebangsaan yang lahir dan tumbuh di pesantren ini, harus tetap dipelihara oleh para santri.
"jiwa kebangsaan dan persatuan ini harus terus dipelihara dalam diri generasi penerus, terlebih lagi menyebarnya sifat primordialisme dan menipisnya sikap iklusifisme dikalangan generasi penerus dan mengarah pada sikap intoleran dan disintegrasi bangsa," tuturnya.
Rahasia untuk membangkitkan kembali semangat kebangsaan yang dahulu dimiliki oleh santri adalah dengan pengembangan nilai-nilai kebangsaan melalui semangat nasionalisme. Sangat strategis bagi kita semua untuk meningkatkan kembali jiwa kebangsaan yang menjadi ruh persatuan Indonesia.
"Saat ini kita peringati hari santri nasional, inilah semangat kebangsaan, cinta tanah air yg dinafasi oleh nilai dan tradisi psantren yg tlah diuji, dibuktikan, dan ditorehkan oleh santri Indonesia," terangnya.
Semangat nasionalisme penting untuk menjaga keberagaman Indonesia dalam bingaki negara kesatuan, dalam perjalanan sejarah indonesia, santri menjadi salah satu dari bagian inti dalam menjaga keragaman untuk persatuan.
"Sekarang dapat kita saksikan, berbagai elemen dalam pembentukan bangsa ini, selalu ada jejak-jejak islam termasuk didalamnya yaitu pesantren," tukas Triana.
Ia berharap kedepannya, pesantren menjadi salah satu ujung tombak pendidikan bangsa Indonesia, menjadi pencetak putra-putri bangsa yang unggul dalam berbagai bidang.
Sebelumnya, H. Irzani selaku panitia acara menginformasikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan ini berbeda dengan wilayah lain, yakni acara yang awalnya hanya tiga, oleh panitia disulap menjadi lima acara diantaranya, Halaqah kebangsaan, lomba esai, Pameran, Pojok literasi, pemutaran film dokumenter.
Halaqah kebangsaan diisi oleh berbagai kalangan, diantaranya, Prof. Dr. H. Masnun Tahir, Dr. H. Najmul Ahyar, Dr. Salimul Jihad, dan HM. Jamaluddin. Halaqah ini diikuti oleh Dihadiri 250 pimpinan pondok pesantren dan sekitar 7000 santri.
LNG02
0 Comments
Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.