TGB Jadi Keynote Speaker Seminar ASEAN Youth Conference 2019 di Malaysia

Ketua Umum Dewan Tanfidziah PBNW, Dr. KH. Zainul Majdi.,MA saat mengisi seminar
MALAYSIA - Nusa Tenggara Barat (NTB) patut berbangga dengan tampilnya salah satu putra asli daerah menjadi keynote speaker dalam acara seminar Internasional ASEAN Youth Conference 2019 Society 5.0. Connecting with Technology in A Society yang diprakarsai Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Asia Pacific University, Kuala Lumpur, Malaysia (12/10).

Putra daerah asli Lombok yang saat ini diperbincangkan di kancah nasional tersebut adalah Ketua Umum Dewan Tanfidziah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (DT PBNW), Dr. KH. Zainul Majdi.,MA. Materi yang disampaikan pun cukup menyita perhatian peserta yang notabenenya dari kalangan muda.

Tuan Guru Bajang (TGB), sapaan akrabnya, menyerukan semangat moderasi dalam menghadapi perubahan masyarakat Digital 5.0.

Dalam seminar ASEAN Youth Conference 2019 tersebut, TGB yang pernah menjabat gubernur NTB selama dua periode ini merincikan sejarah terbentuknya ASEAN (Asosiation of South East Asian Nation).
ASEAN sendiri berdiri pada 8 Agustus 1967.

"Apa yang unik dari ASEAN? Yang mungkin sebagian besar besar dari kita justru lupa. Yaitu organisasi ini adalah organisasi regional yang paling stabil dalam eksistensinya. Berdiri di sekitaran periode pertengahan perang dingin dan ditengah pergolakan Perang Vietnam," terang TGB.

Ulama yang digadang-gadang masuk dalam kabinet Jokowi-Ma'ruf ini menuturkan bahwa ASEAN tidak mengalami perubahan tulang punggung manifesto seperti organisasi regional lainnya.

"ASEAN tetap berdiri teguh pada Deklarasi Bangkok dengan mengedepankan ‘the ASEAN Way’ yang berpegang teguh pada norma kultural atau budaya luhur bangsa Asia Tenggara dalam menghadapi berbagai tantangan baik global ataupun regional. ASEAN berdiri tegak ditengah berbagai badai politik," paparnya.

Ia mengungkapkan, rahasia ASEAN tetap teguh berdiri hingga sekarang adalah salah satu budaya luhur masyarakat ASEAN yang terus dipelihara. Budaya itu biasa kita sebut dengan gotong royong.

"Apa yang menjadi pokok dari budaya luhur bangsa Asia Tenggara itu? Dalam bahasa Indonesia, dikenal sebagai Gotong Royong. Esensi Gotong Royong tak lain dan tak bukan adalah kolaborasi," tegas mantan Gubernur NTB dua periode ini.

Dalam proses kolaborasi itu, lanjutnya, terjadilah proses alamiah dari para pihak yang terlibat didalamnya yang akan terus menerus mencari apa yang disebut sebagai Jalan Tengah dimana perbedaan dimaknai sebagai kekhasan, ciri unik, atau DNA yang tidak perlu dilenyapkan.

"Perbedaan adalah khasanah keberagaman yang menyatu menjadi rasa pertanggungan-jawab kolektif atas kemajuan atau kemunduran bersama. Maka intisari dari Gotong Royong itu adalah moderasi, Jika kita kembali kepada ASEAN, tentulah moderasi adalah modal politik terbesar kita sebagai ‘bangsa regional’ dengan ciri khas masing-masing warga bangsa pada tiap-tiap negara di dalamnya," jelasnya.
LNG02

0 Comments

Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.