Oleh:
NURAINI
NIM. 230132910431
Mahasiswa Universitas Negeri Malang
Program Pascasarjana
Program Studi Manajemen Pendidikan
Seputar Identitas Buku
Judul : Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer
Penulis : Dr. Ahyar Yusuf Lubis
Penerbit : PT Raja Grafindo Persada (Rajawali Pers)
Tahun Terbit : Cetakan ketujuh tahun 2020
Tebal halaman : 265 halaman
ISBN : 978-979-769-686-3
Buku ini awalnya berasal dari dua buku penulis sebelum yang dicetak oleh Penerbit Akademia. Buku pertama berjudul “Filsafat Ilmu dan Metodologi Posmodernis” (yang terbit pertama kali pada tahun 2004) dan buku kedua berjudul “Epistemologi Fundasional: Isu-Isu Teori Pengetahuan, Filsafat Ilmu dan Metodologi” (yang terbit pertama kali pada tahun 2009).
Buku ini membahas tentang filsafat ilmu. Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Disini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan bagaimana pernyataan itu dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam metode penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Secara umum buku ini mencoba menjelaskan mengenai apakah pengetahuan itu? Darimanakah sumber pengetahuan itu? Bagaimanakah manusia mengetahui? Apakah pengetahuan yang diperoleh manusia itu bersifat murni, netral ataukah tidak terlepas dari asumsi-asumsi dan kepentingan? Apakah kriteria untuk menentukan pengetahuan? Apakah kriteria itu bisa berlaku dan diterapkan ke semua bentuk-bentuk pengetahuan yang berbeda atau kah tidak? Apakah pengetahuan yang diperoleh manusia itu bersifat objektif dan absolut ataukah sebaliknya, bersifat tentatif dan relatif?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijabarkan oleh para filsuf, mulai dari era Yunani Klasik seperti Socrates, Plao, Arstoteles, hingga era Kontemporer seperti Khun, Feyrabend, Heiegger, Gadaer. Buku ini juga membahas mengenai berbagai dasar-dasar, asumsi-asumsi dan konsep-konsep penting yang patut diketahui terkait kajian filsafat ilmu. Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan seputar pembahasan isi buku yang terdiri dari sembilan bab pembahasan:
Bab 1: Filsafat: Sebuah Perkenalan Singkat.
Bab pertama ini berjudul tentang “Filsafat: Sebuah Perkenalan Singkat”. Dari judulnya dapat diidentifikasi bahwa pada bab ini pembahasannya mengenai hal-hal dasar dalam filsafat yang menjadi perkenalan singkat mulai dari apa itu filsafat sampai pada mengapa kita harus belajar filsafat dalam artian apa manfaat belajar filsafat.
Dengan adanya bab ini, setidaknya dapat membantu kita selaku pembaca untuk memahami dan membedakan filsafat dengan berbagai bidang ilmu lainnya. Dengan bab ini juga dapat membantu pembaca untuk mengenali cabang-cabang filsafat dan objek kajiannya. Dan berbagai pembahasan lain yang terdapat dalam pembahasan bab ini.
Bab 2: Epistemologi
Pada bab kedua ini berjudul “Epistemologi”. Dengan membaca judul dapat tergambar bahwa pembahasan pada bab epistemologi ini mengupas tuntas pembahasan tentang pengetahuan. Mulai dari pengertian epistemologi sampai pada alasan mengapa kita harus belajar epistemology.
Selain itu, di bab ini membahas bagian-bagian yang termasuk dalam kajian epistemologi seperti pembahasan mengenai sumber-sumber pengetahuan, objek pengetahuan, struktur pengetahuan, teori atau kriteria pengetahuan, hingga batas dan jenis pengetahuan.
Bab 3: Filsafat Ilmu Pengetahuan
Berdasarkan judul bab ketiga yakni filsafat ilmu pengetahuan beserta dengan judul sub-sub pembahasan, dapat dengan mudah menganalisis bahwa pada bab ketiga ini membahas banyak tentang filsafat ilmu pengetahuan. Pada awal-awal bab ini membahas tentang perbedaan pengetahuan dan ilmu pengetahuan sekaligus menjelaskan perbedaan pengetahuan sehari-hari dengan ilmu pengetahuan.
Setelah itu dilanjutkan dengan ciri-ciri ilmu pengetahuan yang baik dari pandangan tokoh-tokoh seperti Berrling, Ban Melsen dan lain-lain. Di bab ini juga dijabarkan perihal klasifikasi (penggolongan) ilmu pengetahuan dan pandangan terkait ilmu pengetahuan sertadi lanjutkan dengan pemaparan istilah-istilah penting dalam filsafat ilmu pengetahuan, metode ilmiah dan asumsi-asumsi ilmiah dan juga logika dan metodologi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembahasan pada bab ini cukup kompleks.
Bab 4: Rasionalisme Klasik dan Modern
Pada bab keempat ini, pembahasannya cukup ringkas mengenai pemikiran tokoh yang beraliran rasionalisme baik yang hidup di era Klasik maupun di era Modern. Pembahasan rasionalisme era Klasik diwakili oleh filsuf Plato, sedangkan pada pembahasan rasionalisme era Modern di fokuskan pada filsuf Rene Descartes dan Baruch Spinoza.
Dari beberapa tokoh yang dipaparkan dalam pembahasan ini semuanya berbeda.Meskipun demikian semuanya juga memiliki persamaan yakni sama-sama meyakini bahwa rasio adalah sumber pengetahuan utama. Sehingga semua tokoh pada pembahasan ini disebut sebagai tokoh rasionalisme. Di akhir pembahasan ini, terdapat tokoh yang lebih dikenal dengan aliran Idealisme ketimbang rasionalisme. Tetapi jika ditilik dari kedua aliran ini memang masih memiliki hubungan yakni kedua-duanya sama-sama mementingkan rasio dalam lingkup pengetahuan.
Bab 5: Empirisme Klasik dan Modern
Pada bab kelima ini, pembahasannya meliputi aliran filsafat empirisme klasik dan modern. Pembahasan empirisme klasik diwakili oleh murid dari filsuf Plato yang Bernama Aristokles atau lebih terkenal dengan nama Aristoteles. Sedangkan untuk pembahasan empirisme di era modern dalam hal ini era Renaisans atau pencerahan diwakili oleh Francis Bacon, Thomas Hobbes, John Locke dan Barkeley.
Untuk pembahasan era modern juga dimasukan pemikiran Roger Bacon yang jugahidup di Abad Pertengahan dan pemikirannya memiliki kecenderungan yang sama dengan tokoh-tokoh empirisme lainnya.
Bab 6: Positivisme, Positivisme Logis, dan Siklus Empiris
Pembahasan berjudul positivisme, positivisme logis, dan siklus empiris pada bab keenam ini hanya lebih berfokus pada pembahasan positivisme dan positivisme logis saja. Pada pembahasan positivisme yang dibahas adalah filsuf Auguste Comte, selaku Bapak Positivisme. Pembahasan pemikiran Auguste Comte seputar ajaran pokok dan paradigma positivisme, tahap perkembangan masyarakat menurut Comte, pengaruh positivisme hingga pada kelemahan aliran positivisme ini.
Sedangkan pada pembahasan positivisme logis meliputi paparan tentang beberapa tokoh beserta dengan pemikirannya, ajaran pokok positivisme logis dan pandanganya terhadap pembangunan masyarakat, pemikiran-pemikiran yang mempengaruhi positivisme logis, hingga pada prinsip verifikasi positivisme logis yang dijadikan sebagai tolak ukur untukmenentukan bahasa ilmiah.
Bab 7: Pemikiran Kuhn dan Pluralisme Paradigma
Pada bab ketujuh, pembahasannya meliputi pemikiran Kuhn dan Pluralisme Paradigmanya. Pembahasan tentang pemikiran Kuhn yang merupakan pemberontakan terhadap paradigma positivisme (seperti yang dilakukan oleh Karl Raimund Popper, PaulFeyerabend, atau Stephen Toulmin).
Di bab ketujuh ini terdapat pembahasan tentang pluralisme paradigma berdasarkan hasil pemikiran dari Thomas Samuel Khun yang membawa pemahaman perihal prinsip ketidaksepadanan (incommensurability) dan plularitas paradigma. Berbeda dengan positivisme yang menekankan “kesatuan” atau “keseragaman”. Dan dalam pembahasan ini pula dijelaskan secara gamblang pemikiran Kuhn yang radikal dan yang telah memberikan sumbangan pemikiran serta pengaruh yang sangat besar bagi post-positivisme dan epistemologi postmodern dengan pluralisme paradigma ilmiahnya.
Bab 8: Hermeutika
Adapun pada pembahasan bab kedelapan ini lebih mengeksplorasi kajian hermeneutika sebagai bagian kajian filsafat yang memiliki asumsi dasar yang berbeda dengan positivisme. Bukan hanya itu, pada bab ini juga membahas secara mendasar pengertian hermeneutika, sejarah hermeneutika, hermeneutika sebagai pandangan atau paradigma baru, dan pemikiran- pemikiran para tokoh hermeneutika serta berbagai perbahasan yang berkaitan dengan hermeneutika.
Bab 9: Fenomenologi
Adapun pembahasan pada bab kesembilan di buku ini membahas mengenai fenomenologi. Sebagaimana Hermeunetika, Fenomenologi juga memiliki asumsi dasar yang berbeda dengan positivisme. Pada bab ini dijelaskan secara jelas pengertian fenomenologi, fenomenologi sebagai metodologi, dan tokoh-tokoh fenomenologi beserta dengan pemikiran- pemikirannya.
Secara singkat bahwa bab pertama hingga bab keenam membahas pengertian dasar filsafat, ciri berpikir filsafat, cara belajar filsafat, metode filsafat, epistemologi, teori kebenaran, pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, logika dan beberapa metodologi dari masa Yunani Klasik hingga era modern seperti aliran nasionalisme, empirisme dan positivisme. Pembahasan-pembahasan di bab pertama hingga bab keenam ini sangatlah penting. Karena pembahasan pada bab-bab ini dikaitkan dengan pemahaman terhadap teori dan kritikan posmodernisme atas asumsi (epistemologis, aksiologis, atau ontologis) modernisme.
Pembahasan bab kedelapan dan kesembilan ini sangat tepat ada dalam buku ini sebab kajian-kajian sosial-budaya masa kini (kontemporer) telah banyak menggunakan metodologi hermeneutika dan fenomenologi atau gabungan keduannya. Di dalam buku ini telah dijelaskansecara gamblang hubungan antara hermeneutika dengan ilmu-ilmu sosial-budaya. Begitupun dengan kaitannya fenomenologi terhadap ilmu-ilmu sosial budaya termasuk psikologi.
Seputar Kelebihan dan Kekurangan Buku
Kelebihan
Dari segi penulisan dan pengetikan, jarang ditemukan kesalahannya, sedangkan dari isi buku cukup menarik. Lewat pengenalan terhadap dasar-dasar, asumsi-asumsi, dan konsep-konsep penting dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tidak semata karena perkembangan dan dinamika filsafat ilmu melainkan juga problem dan isu-isunya.
Buku ini dilengkapi dengan bagian glosarium, lampiran, dan indeks. Bagian glosarium pada buku ini cukup bermanfaat sebab dengan adanya bagian buku ini sehingga istilah-istilah asing dapat dipahami. Sedangkan bagian lampiran juga demikian, bagian ini memberikan informasi tambahan bagi pembaca mengenai bacaan-bacaan sebelumnya yang terdapat dalam pembahasan isi buku ini. Kelebihan yang terakhir adalah buku ini tidak sekadar bisa dibacaoleh mahasiswa filsafat atau yang berasal dari fakultas filsafat, ilmu sosial dan budaya, namun juga bagi mereka yang berminat dalam kajian filsafat ilmu dan metodologi.
Kelemahan
Kekurangan yang kami temui adalah terdapat beberapa kata atau istilah-istilah yang tidak diketahui artinya dan tidak dipahami maknanya bagi pembaca awam . Selain itu, salah satu kekurangannya juga adalah ringkasnya pembahasan di setiap judul pembahasan. Misalnya pembahasan salah satu tokoh sangat singkat sehingga kita kelelahan untuk menganalisis pemikiran tokoh tersebut secara mendalam. Dengan demikian pembahasan pemikiran seorangtokoh filsuf yang dibahas dalam buku ini tidak bisa dikaji dan dianalisis secara mendalam kecuali dengan jalan menambah buku-buku lain sebagai penopang menganalisis pemikiran filsuf yang ada dalam buku ini.
Penutup Resensi
Buku ini pantas dibaca dan layak untuk dijadikan sebagai bahan referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang filsafat ilmu. Buku ini juga tidak sekadar hanya bisa dibaca oleh mahasiswa filsafat atau yang berasal dari fakultas ilmu sosial dan budaya saja, namun juga bagi mereka yang berminat dalam kajian filsafat ilmu dan metodologi serta teruntuk juga para pengajar.
0 Comments
Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.