Lintas NTB, Lombok Timur - Meskipun rencana pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian RI untuk memberikan insentif sebesar Rp 10 juta kepada petani milenial disambut dengan antusias, kebijakan ini masih menimbulkan sejumlah pertanyaan dan kritik yang layak dipertimbangkan. Kebijakan ini, yang tampak menjanjikan pada pandangan pertama, memiliki tantangan mendasar yang perlu diselesaikan agar benar-benar mampu meningkatkan kesejahteraan petani muda.
Sekretaris Umum FORMASTIM sekaligus Presiden Nasional 3 IBEMPI, Aldi Irawan, menyebut insentif ini sebagai "angin segar" bagi generasi milenial yang diharapkan menjadi penerus sektor pertanian Indonesia. Menurut Aldi, insentif ini dapat mendorong minat generasi muda untuk terjun ke bidang pertanian, yang selama ini mungkin dianggap kurang menarik dibandingkan sektor-sektor lainnya. Namun, ia juga menilai bahwa satu kali insentif sebesar Rp 10 juta per petani milenial mungkin tidak cukup untuk menciptakan perubahan jangka panjang di tengah tantangan besar yang dihadapi sektor pertanian saat ini, seperti keterbatasan akses ke teknologi pertanian modern, kebutuhan modal yang cukup, serta permasalahan keberlanjutan lahan. Jumlah insentif ini juga tergolong minim jika dibandingkan dengan biaya operasional pertanian yang kerap kali memerlukan dana lebih besar untuk mencapai hasil yang optimal.
Selain itu, Aldi menyoroti bahwa insentif keuangan tanpa diikuti dengan program pelatihan yang komprehensif hanya akan menghasilkan dampak jangka pendek. "Selain pendanaan, program pelatihan yang komprehensif dan berkelanjutan sangat penting untuk membekali petani milenial dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola usaha pertanian secara efektif," kata Aldi. Ia menambahkan bahwa banyak program insentif sebelumnya tidak efektif karena kurangnya pendampingan dan pemantauan, sehingga dana yang disalurkan seringkali tidak memberikan dampak sesuai yang diharapkan. Pendampingan yang efektif akan memastikan bahwa petani milenial tidak hanya mendapatkan modal, tetapi juga memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk mengelola usahanya dengan baik.
Lebih lanjut, Aldi menggarisbawahi pentingnya adanya kriteria yang jelas dalam penyaluran insentif ini. Menurutnya, diperlukan seleksi dan pengawasan ketat agar insentif ini dapat tepat sasaran dan benar-benar diberikan kepada petani milenial yang memiliki potensi untuk berinovasi dan mengembangkan usaha pertanian secara berkelanjutan. "Tanpa seleksi yang ketat, risiko terjadinya penyelewengan dana sangat tinggi. Bantuan keuangan seharusnya lebih diprioritaskan bagi petani milenial yang benar-benar membutuhkan dan memiliki potensi besar untuk mengembangkan usaha pertanian," ujar Aldi. Pengawasan yang ketat juga sangat diperlukan agar kebijakan ini benar-benar menyasar kelompok yang benar-benar membutuhkan dan dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan sektor pertanian.
Selain sekadar bantuan keuangan, Aldi berpendapat bahwa sektor pertanian membutuhkan reformasi struktural yang lebih luas. Ini termasuk perbaikan akses ke pasar bagi hasil tani, dukungan logistik yang memadai, dan upaya untuk menciptakan kestabilan harga komoditas. Menurutnya, insentif Rp 10 juta saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah mendasar ini. "Kebijakan ini bisa saja menjadi langkah awal, tetapi harus diikuti oleh reformasi menyeluruh yang melibatkan peningkatan infrastruktur dan dukungan berkelanjutan dari pemerintah," tambahnya. Aldi berharap pemerintah tidak hanya fokus pada kebijakan populer yang tampak baik di permukaan, tetapi benar-benar memperhatikan kebutuhan jangka panjang yang dapat memastikan regenerasi dan kemajuan sektor pertanian secara berkelanjutan.
Dengan adanya perhatian pada aspek pelatihan, seleksi, dan reformasi yang lebih luas, insentif Rp 10 juta ini diharapkan mampu menjadi bagian dari solusi yang lebih besar bagi pertanian Indonesia. Hanya dengan pendekatan yang holistik, kebijakan ini bisa memberikan dampak positif yang berkelanjutan dan menciptakan masa depan yang cerah bagi petani milenial serta sektor pertanian secara keseluruhan.
0 Comments
Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.