![]() |
Izul Julian (Presiden Mahasiswa BEM Univ. Hamzanwadi) |
Lombok Timur - Pelayanan buruk yang dialami oleh salah Dr. Muhammad Ali, salah seorang akademisi di kampus universitas Hamzanwadi Pancor, Kab. Lombok Timur saat mengantarkan anaknya untuk memeriksakan diri ke unit penyakit dalam RSUD dr. Soedjono Selong berbuntut panjang.
Gelombang reaksi dari berbagai kalangan terus menerus memberikan kritik terhadap buruknya pelayanan oleh oknum dokter di rumah sakit tersohor di Kab. Lombok Timur tersebut. Salah satu kritik tajam disampaikan oleh Izul Julian (Presma BEM Univ. Hamzanwadi). Berikut pernyataan BEM Univ. Hamzanwadi :
Kami, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hamzanwadi, menyampaikan keprihatinan mendalam sekaligus protes moral atas perlakuan tidak manusiawi yang dialami oleh salah satu dosen senior Universitas Hamzanwadi, Dr. Muhamad Ali, M.Si, saat mendampingi anaknya berobat di RSUD dr. R. Soedjono Selong.
Kejadian yang dialami beliau pada Senin (2/6) bukan hanya mencoreng nama baik institusi pelayanan kesehatan milik pemerintah, tetapi juga memperlihatkan wajah buram pelayanan publik yang selama ini sering dirasakan namun jarang disuarakan oleh masyarakat Lombok Timur. Dr. Ali, yang datang dengan maksud melakukan pemeriksaan kesehatan untuk keperluan magang luar negeri anaknya, justru pulang dengan luka batin yang mendalam akibat sikap tidak etis dan tidak profesional dari dokter yang menangani—dr. "K", Sp.PD.
Pernyataan beliau tentang tidak adanya empati, komunikasi yang buruk, bahkan gestur intimidatif yang dialami di ruang praktik sangat memprihatinkan. Hal ini tentu menjadi tamparan bagi kita semua, bahwa institusi kesehatan yang seharusnya menjadi ruang harapan justru bertransformasi menjadi tempat tekanan psikologis.
Sebagai Presiden Mahasiswa Universitas Hamzanwadi, saya menyatakan:
> “Kami tidak bisa tinggal diam melihat ada sivitas akademika kami yang diperlakukan secara tidak manusiawi. Ini bukan hanya soal etika, ini soal kemanusiaan. Rumah sakit harus jadi tempat orang sembuh, bukan tempat orang terluka secara batin.”
> “Jika seorang akademisi sekelas Dr. Ali saja bisa diperlakukan seperti itu, maka bagaimana nasib masyarakat biasa yang datang tanpa pengetahuan, kekuasaan, atau suara untuk membela diri?”
Kami mempertanyakan apakah pelayanan publik di rumah sakit pemerintah masih berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan dan profesionalisme, atau justru telah tergerus oleh sikap apatis dan diskriminatif yang dibiarkan terus terjadi.
Ironisnya, perbedaan perlakuan antara pelayanan di rumah sakit umum dengan praktik pribadi menjadi catatan serius yang menimbulkan pertanyaan di benak publik: Apakah keramahan hanya diperuntukkan bagi pasien yang membayar lebih?
> “Kami mendesak agar kejadian seperti ini menjadi bahan refleksi bagi seluruh pihak, terutama institusi kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam merawat harapan masyarakat. Jangan tunggu korban berikutnya. Jangan tunggu masyarakat hilang kepercayaan.”
Kami ingin mengingatkan bahwa *rumah sakit adalah tempat mencari harapan, bukan tekanan.* Ketika seorang dosen saja bisa mengalami hal seperti ini, maka sudah saatnya kita semua lebih peka dan peduli terhadap marwah kemanusiaan di balik setiap pelayanan publik.
BEM Universitas Hamzanwadi akan terus bersuara untuk nilai-nilai keadilan, empati, dan keberpihakan pada masyarakat. Bukan karena kami ingin mencari sensasi, tetapi karena kami percaya: *suara mahasiswa adalah suara nurani.*
*Hormat kami,*
(Izul)
Presiden Mahasiswa
BEM Universitas Hamzanwadi
0 Comments
Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.