Lintas NTB, Sumbawa Barat – Perubahan cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir diduga kuat memengaruhi ekosistem perairan di wilayah budidaya rumput laut di desa Kertasari Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
"Analisis teknis menunjukkan, perubahan suhu dan salinitas air laut akibat curah hujan tinggi berdampak pada kualitas air di kawasan tersebut," kata Kepala Dinas Perikanan KSB Noto Karyono kepada media ini, Senin, 13 Oktober 2025.
Ia menjelaskan, curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan bercampurnya air laut dengan aliran air hujan dari daratan. Kondisi ini membuat tingkat salinitas berubah dan memengaruhi stabilitas ekosistem perairan. Secara geografis, area budidaya rumput laut di Desa Kertasari, cenderung tertutup oleh Pulau, sehingga sirkulasi air laut tidak terlalu kuat. Hal ini berbeda dengan perairan Desa Tuananga, yang memiliki arus laut lebih lancar dan terbuka.
“Dari analisis sementara, perubahan cuaca berpengaruh terhadap ekosistem perairan—termasuk suhu, kadar garam, dan salinitas air laut. Semua faktor itu bisa berdampak pada kesehatan rumput laut,” ungkap salah satu tim teknis bidang perikanan KSB.
Dugaan lain menyebutkan, adanya kemungkinan interaksi air tambak dengan perairan laut di sekitar lokasi budidaya. Namun, pihak teknis menilai, jika pencemaran berasal dari tambak, maka seharusnya dampaknya lebih dulu terlihat di area budidaya Tuananga yang lebih terbuka.
Untuk memastikan kondisi tersebut, pengujian kualitas air dilakukan oleh UPT Pengujian Mutu dan Pengembangan Produk Kelautan dan Perikanan Surabaya. Pengujian mengacu pada Permenkes Nomor 2 Tahun 2023 tentang Air Minum dan Air Higiene, yang merupakan regulasi terbaru dan paling ketat terkait batas cemaran air di Indonesia.
Berdasarkan hasil laboratorium, kualitas air di kawasan budidaya rumput laut Desa Labuhan Kertasari belum memenuhi standar untuk beberapa parameter penting. Ditemukan kadar Arsen (As) sebesar 0,0259 mg/kg, jauh di atas batas maksimal 0,01 mg/l. Selain itu, kandungan Coliform Membrane Filter mencapai 30 Cfu/100 ml, sedangkan batas aman adalah 0 Cfu/100 ml.
Meski demikian, beberapa logam berat lain seperti Cadmium (Cd), Plumbum (Pb), Mercury (Hg), dan Stanum (Sn) tidak terdeteksi dalam pengujian, sehingga dinyatakan masih sesuai dengan standar kualitas air.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa, lanjut Noto sapaan akrabnya menuturkan, sebagian parameter kualitas air masih baik, namun keberadaan arsen dan coliform yang melebihi ambang batas menjadikan air di wilayah itu tidak layak untuk konsumsi atau digunakan sebagai air higiene, sesuai dengan ketentuan dalam Permenkes Nomor 2 Tahun 2023.
Pemerintah daerah melalui dinas terkait saat ini tengah menindaklanjuti hasil temuan tersebut untuk memastikan langkah perbaikan lingkungan dan keberlanjutan usaha budidaya rumput laut masyarakat di kawasan pesisir kertasari. (LNG05)
0 Comments
Silahkan Berkomentar, Bebas Tapi Sopan.